Home

Aurel and Her Job (2)

Leave a comment

DUA PULUH TIGA.

Itulah hitungan bulan yang sudah dilewati Aurel di pekerjaannya. Belum bangunnya matahari sampai dengan rembulan menyambut, up and down arus kerja, panas terik matahari sampai dingin menusuknya hujan di lapangan sudah dialaminya. Pahit manisnya rekan kerja dan lingkungan sosialnya pun memberikan pelajaran tersendiri untuknya.

Jangan tanyakan kenikmatan yang dirasakan Aurel dalam bekerja. Pasti cewek periang itu akan menjawab “YA”. Dia begitu jatuh cinta kepada Direktur perusahaannya. Dia menganggap beliau adalah sosok Bapak yang tak pernah lelah mengajarkannya hal-hal baru dan menasihati serta memotivasinya ketika semangat kerjanya meredup. Ya benar. Terkadang rasa bosan menghampirinya ketika bekerja. Kenapa tidak? Karena apa yang dilakukannya saat ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Namun, yang membuatnya bertahan hanyalah ilmu baru yang selalu diberikan oleh Sang Direktur kepadanya. Dia sudah merasa nyaman bekerja ketika berada di bawah pemimpin yang mengayomi dan pemimpin yang adil. Maklum, ini adalah pekerjaan pertamanya.

Beberapa waktu belakangan ini, ada yang mengusik hatinya dan membuatnya merasa tidak nyaman untuk bekerja di perusahaan itu lagi. Banyak kejanggalan dan kesemena-menaan yang terjadi akibat sebuah jabatan dan harga diri. Dia sudah tidak dapat kembali mengambil ilmu dengan tenang di tempat itu. Dan perasaan itu semakin terlihat ketika Aurel mengetahui bahwa Direktur pujaannya akan pensiun. Habislah sudah harapannya. Dia tidak akan bisa berkembang lebih lagi ketika hanya orang-orang yang membawa kepentingannya masing-masing yang akan menduduki perusahaan itu. Aurel saat itu di bawah tekanan dan berusaha untuk tenang.

Tibalah pada satu titik Aurel menyadari keberadaannya. Dia menyadari bahwa dirinya masih muda dan punya kemampuan yang tumbuh di zaman sekarang. Seperti layaknya anak muda yang lain yang masih memiliki semangat yang menggebu-gebu, Aurel suka mencoba hal-hal baru apakah untuk mencari jati diri maupun untuk sekedar mencari kesenangan. Tapi bagi Aurel, percobaan akan hal baru kali ini adalah untuk mencari jati diri lewat pekerjaannya nanti. Tanpa mengganggu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, Cewek kecil nan lincah itu mulai lihai meng-klik mouse komputernya dan keypad telepon genggamnya untuk mencari lowongan pekerjaan baru. Setiap ada lowongan yang baik dan memungkinkan sesuai keahliannya, dia langsung mendaftar. Waktu terus berputar dan kehidupan pekerjaannya semakin gelap di matanya. Dia terus mengikuti tes ketika ada perusahaan memintanya. Terkadang dia izin dari perusahaan tempat dia bekerja dengan sejuta alasan agar bisa mengikuti tes-tes tersebut.

wanita karierKehidupan seseorang tidak pernah ada yang tahu, dia bakal susah atau sukses. Karena semua itu sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta. Tibalah saatnya, 03 Januari 2016 saat semua orang masih merasakan euforia tahun yang baru, saat itu juga  Aurel mendapat kabar bahwa dia diterima di salah satu perusahaan pemerintah. Alangkah senangnya dia saat itu. Namun, ada yang membuatnya resah karena perusahaan tersebut memintanya untuk datang keesokan harinya pukul 08.00 untuk menadatangani kontrak dan penyerahan ijazah. Sementara waktu sudah pukul 08.00 malam. Tidak ada lagi kendaraan yang dapat menghantarnya lagi karena waktu yang ditempuh untuk dapat tiba di kota tempat perusahaan yang menerimanya itu adalah 12 jam. Aurel memberitahu berita itu kepada keluarganya bahkan keluarga besarnya yang sedang berkumpul di rumahnya saat itu. Setelah berkumpul dan berdiskusi, akhirnya Aurel memutuskan untuk menghubungi PIC perusahaan tersebut meminta untuk diberi kelonggaran waktu karena jarak tempuh yang harus dilaluinya agar tiba di tempat itu dan PIC tersebut memberikan informasi mengizinkannya untuk dapat menyusul. Satu permasalahan telah dilewatinya dan diselesaikannya. Dia mengakhiri hari itu dengan berdoa agar diberi kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan selanjutnya.

Permasalahan  kedua dan tahap yang paling berat dilakukannya adalah memberikan surat pengunduran diri kepada Direktur idolanya dan berpamitan. For your information,  Aurel belum mengetik surat tersebut sama sekali karena dia bingung bagaimana menuliskannya agar tidak menyinggung perasaan siapapun di kantornya (Aurel menyadari posisinya di kantor merupakan salah satu posisi penting). Bermain dengan waktu yang selalu berlari, Aurel harus menyelesaikan surat pengunduran dirinya karena dia harus berangkat sore hari agar tiba di perusahaan penerima keesokan harinya. Pukul 03.00 sore dia mengetuk pintu Sang Direktur dan dengan sedikit gugup dia memulai percakapan. Dia sepenuhnya tidak konsentrasi selama di ruangan itu karena ketakutan yang melandanya. Dia tidak merekam semua perbincangan dengan Direktur itu. Yang terkam kuat di ingatannya adalah

“Sekalipun kamu sudah pergi dari perusahaan ini, kamu sudah meninggalkan jejak dan itu sangan berarti untuk perusahaan. Banyak ilmu yang kamu dapat dari sini sekalipun Saya tidak selalu berbuat baik kepada kamu. Terima Kasih. Apapun yang kamu lakukan disana, jangan mengejar untuk menjadi pemimpin. Akan tetapi, jadilah orang kaya yang sukses”

Saat itu, hati Aurel begitu haru. Ingin sekali rasanya memeluk Sang Direktur sebagai ungkapan terima kasih yang tidak terkatakan. Namun apa daya saat itu dia berada di kantor. Akan tetapi, di luar prediksinya, Sang Direktur menawarkan apakah Aurel ingin memeluknya untuk berpisah atau tidak dan Aurel mangatakan YA. Dengan langkah ringan, dia meninggalkan ruangan Sang Direktur dan berpamitan kepada semua manajer serta rekan lainnya karena hari itu hari terakhirnya bekerja. Banyak yang terkejut akan keputusannya karena tidak seorang pun yang mengetahui dia melamar pekerjaan lainnya. Dengan tersenyum, Aurel meninggalkan perusahaan itu dan mulai mempersiapkan diri bekerja di perusahaan baru.

Pukul 07.00 malam, bus yang ditumpanginya meninggalkan kota tempat dia dibesarkan, tempat orang tua yang dikasihinya tinggal. Dengan peluk cium dan lambaian tangan orang tuanya, cewek lincah dan periang tersebut beranjak pergi.

Setibanya di kota yang baru, kekasih Aurel telah menunggunya. Selain orang tua dan adik-adiknya, kekasih Aurellah orang yang mengetahui bagaimana perjuangannya dalam mengikuti tes. Kekasihnya yang dengan setia mengantar jemput setiap saat ketika tes akan dilakukan dan sampai akhirnya diumumkan lulus pun dialah orang yang tidak ketinggalan untuk diberitahukannya. Di perusahaan yang baru, Aurel langsung memasuki ruangan dan disana telah menunggu rekan-rekannya yang lain yang nasibnya sama dengan dia yang akan memulai debut karirnya di perusahaan tersebut. Singkat cerita, kontrak telah ditandatangani dan Aurel akan langsung bekerja di perusahaan tersebut. Dalam hati Aurel berkata “tidak salah saat ini Aku patut bangga jika pernah merasakan hidup yang susah, semua serba pas-pasan dan semua serba terbatas agar Aku tahu bagaimana melalui ini semua. GOODBYE YESTERDAY, HELLO TOMORROW”

Perjuangan baru dimulai. 07 Januari 2016, Aurel mulai bekerja sebagai karyawan baru di tempat itu.

Aurel and Her Job (1)

Leave a comment

Aurel, cewek kecil nan cerdas telah menyelesaikan pendidikannya di jenjang master di salah satu universitas terbaik di negri Cina. Setelah selesai mengikuti acara wisuda dan perpisahan dengan teman-temannya di sana, Ia memutuskan untuk kembali ke tanah airnya, Indonesia.

Hari itu, 14 September 2013, maskapai yang ditumpangi Aurel mendarat dengan selamat di bandara Soekarno Hatta. Untuk sementara waktu, Aurel memutuskan untuk tindak kembali ke kampung halamannya langsung karena ingin mencoba peruntungan di ibukota, Jakarta. Selama 4 bulan Aurel tinggal di rumah saudaranya di Jakarta. Namun, karena hatinya yang selalu tidak tenang setelah mendaratkan beberapa lamaran di beberapa perusahaan di sana, selalu saja ada alasan untuk tidak diterima di perusahaan tersebut. Akhirnya, Aurel memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Sumatra. Entah kenapa dia merasa yakin dia akan mendapatkan pekerjaan di kampung halamannya. Saat itu, dia memiliki prinsip, dekat dengan keluarga dan bekerja adalah hal yang dia impikan selama ini. Dan tanpa disadari selama masa perkuliahannya, dia pernah meminta kepada Tuhan agar diberikan pekerjaan di kampung halamannya. Akhir Januari 2014, Aurel meninggalkan Jakarta dan memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.

Kejenuhan sebenarnya telah dirasakan olehnya. Sebagai seorang sarjana yang dari awal masa pendidikannya dipenuhi oleh segudang aktifitas, untuk masa-masa seperti ini yang sering dikenal orang sebagai pengangguran merupakan masa terberat dalam hidupnya.

index3Ya entah kenapa lagi, satu malam Aurel menghubungi teman SMAnya, Ria, yang berada di kampung dua tahun sejak lulus dari bangku perkuliahan dan mengatakan pertama kali kepadanya bahwa dirinya telah berada di rumah dan mengajak untuk bertemu, dengan rencana awal hanya melepas rindu. Dari hari itu, komunikasi dengan Ria lumayan intens sampai akhirnya Ria mengatakan agar dirinya memberikan surat lamaran agar dimasukkan ke kantor tempat Ria bekerja. Ya, time flies, no news come.

Seperti biasanya sebagai seorang pengangguran, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Aurel tidur siang. Satu hari pada Sabtu eh bukan sepertinya hari Jumat tanggal 14 February 2015 kira-kira pukul 14.00 WIB Aurel mendapat panggilan dari Ria. Dengan mata yang masih belum terbuka sempurna dan kesadaran belum terkumpul 100%, Aurel menjawab panggilan tersebut. Ternyata panggilan tersebut mengajak Aurel untuk wawancara pukul 16.00 WIB di hari yang sama di kantornya karena Presiden Direktur tempat dia bekerja ingin langsung mewawancarai Aurel. Oleh karena, kesadaran yang belum pulih dan masih sedikit malas, Aurel dengan mudahnya mengatakan bahwa dia tidak bisa dengan berbagai alasan. Memang benar, malam sebelumnya, Ria pernah menanyakan apakah Aurel telah mendapatkan panggilan dari tim HRD (waktu itu Ria mengatakan nama Ratna, ya mungkin staff HRD mereka) untuk wawancara dari kantor tempat dia bekerja dan Aurel mengatakan tidak. Sebenarnya ada beberapa hal yang membuat Aurel heran dan shock. Sebagai fresh graduate yang dia tahu bahwa saat melamar pekerjaan, ada beberapa hal yang harus dilalui :

  1. Memasukkan aplikasi
  2. Mendapat panggilan dari HRD
  3. Mengikuti test yang diadakan perusahaan (biasanya ada beberapa test)
  4. Wawancara (bisa saja wawancara dilakukan lebih dari sekali)
  5. Diterima ataupun ditolak bekerja

Namun, saat itu, dia mendapatkan hal yang benar-benar berbeda.

  1. Tidak mendapatkan panggilan dari HRD
  2. Tidak mengikuti test tertulis ataupun mengisi form untuk panggilan test
  3. Tidak mengikuti wawancara dengan HRD tetapi langsung ke HRD

Awalnya Aurel benar-benar merasa tidak tahu-menahu dengan sistem ini. Oleh karena dia menolak untuk wawancara di hari tersebut, Aurel diminta untuk datang pada hari Senin 17 February 2014 dan Aurel datang ke kantor tersebut pada pukul 08.00 WIB. Wawancara langsung dimulai tanpa banyak basa basi.

(PD = Presiden Director, AP = Aurel Paramitha, HR = Manager HRD)

PD          : Good Morning, I’m SP (whilst giving his hand)

AP          : Hi, I’m Aurel (give my hands back)

PD          : U r friend of Ria (I just nod my head and he continues to glance my CV, Then…) Oh, U graduated from XXXX University with good grade and bla bla bla.

(He continues to tell story that he ever been in that countries and eat some foods and etc. and I just smile, Then he stopped in one page of my CV.)

PD          : U ever been in Swiss and did presentation there and also Germany. Huaaa, it is not such people in this city. This city is small city. How come you can apply a job in this city? Can I know your reason?

AP          : I just want to come back after all the time I went out of my home.

PD          : You do not to apply here for leaving, right?

(Aurel just wrinkle her forehead).

PD          : Hi Sir (to tell HR Manager), let’s discuss about her job and her salary.

HR          : She came from XXX, one of best university in Indonesia and graduate from XXXX University.

PD          : OK, just made her in WWTP for a while and…

(Aurel more wrinkled, she just familiar with WWTP in a limit)

PD          : Aurel, how do you think about salary? How much I can pay you?

AP          : Rp. X.XXX.XXX (no mention)

PD          : It’s too high for fresh graduate like you. Just give X.XXX.XXX (tell to HR) Is it OK?

AP          : (smile)

(The shake each other and sign the agreement. Aurel will join the company tomorrow, 18 February 2014).

imagesKeluar dari kantor tersebut, ada sedikit perasaan kecewa dalam hati Aurel. Mungkin sedikit keangkuhan, dia yang merupakan sarjana dari luar negri hanya diberikan upah rendah dan tidak setinggi mereka yang tidak bergelar sarjana. Namun, di sisi lain Aurel berpikir bahwa mungkin benar dia hanya fresh graduate yang memang hanya bisa digaji segitu untuk saat ini.Selain itu, dia merasa sedih apakah memang orang lain menganggap kota tinggalnya setertinggal itu sampai-sampai pergi dan belajar di luar negri itu sesuatu yang luar biasa?

Ya whatever. Singkat cerita Aurel diterima bekerja di perusahaan tersebut dan memulai debutnya di dunia karir.

Cerita di Putih Abu-Abu

2 Comments

Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah kasih di sekolah

Masa-masa paling indah
Kisah kasih di sekolah

Lirik itulah yang berkumandang siang itu di kamar kost Dera. Hari ini memang hari kebebasan bagi Dera. Seperti biasanya dia tidak pergi ke kampus pada hari Kamis karena tidak ada kelas dan tidak ada jadwal pergi ke lab. Dera adalah salah satu mahasiswa di universitas Y. Dia seorang mahasiswi kesehatan tingkat 3. Dia anak yang pendiam tapi sesungguhnya ramah dan sangat disukai banyak orang. Hanya orang-orang yang belum mengenal dia, akan mengatakan dia sedikit jutek dan tidak banyak berbicara. Ya, dia memang berbicara apa adanya dan jika diperlukan saja kepada orang-orang yang tidak dekat dengannya, tapi akan berbicara sederas air kepada orang-orang yang dia kenal dan dekat dengannya.

Hari Kamis minggu ini seperti biasanya dia akan menikmati waktunya sendiri di kamar kost. Entah kenapa dia begitu kangennya dengan masa-masa SMAnya. Padahal kalau di-flash back masa itu adalah masa pencapaian yang luar biasa sekaligus masa kelam bagi dia. Tidak seperti anak-anak sebayanya yang lain dimana SMA selalu menyenangkan, punya banyak sahabat dan waktu bermain, dan menikmati kebebasan yang luar biasa serta menikmati betapa senangnya menginjakkan kaki di usia 17 tahun, Dera berbeda. Masa SMA nya benar-benar di luar dugaannya.

Dera menuai banyak prestasi di SMA. Dia mengikuti lomba karya ilmiah tentang narkoba sewaktu di kelas 2 SMA, dia mengikuti berbagai olimpiade, dia mengikuti kompetisi olahraga basket, dan dia juga mengikuti extracurricular Marching Band di sekolahnya. Dia memang anak yang aktif dan pintar. Tapi sesuatu terjadi di dalam keluarganya. Ketika dia mencapai masa puncak prestasinya, musibah yang cukup besar terjadi padanya. Ayahnya harus masuk ke dalam penjara akibat ulah seseorang yang tidak bertanggung jawab. Dia tahu benar masalah sebenarnya apa dan dia tahu benar bahwa masalah itu murni bukan kesalahan ayahnya. Tapi entah apa alasan yang membuat hal ini berbalik dan ayahnya harus menanggung akibatnya dengan berada di dalam penjara selama 6 bulan. Banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh ibunya untuk mengurus A dan B agar ayahnya bisa dibebaskan, ditambah lagi karena kecapean, ibunya harus masuk rumah sakit selama 3 hari. Hal ini menjadikan Dera benci dengan orang-orang yang bekerja di bidang hukum, dia tidak tertarik sama sekali dengan hal itu. Karena masalah ini, Dera kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kedokteran ke universitas yang diinginkannya. Bahkan Dera sudah tidak banyak berharap untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena dia masih memiliki adik-adik yang harus sekolah juga, at least seperti dirinya sampai SMA.

Peristiwa yang menimpa keluarga Dera menjadikan Dera sedikit menjauh dari teman-temannya. Dia tidak bisa seaktif dulu lagi karena dia harus pulang-pergi ke kantor polisi memberi kesaksian untuk ayahnya. Dia harus menemani ibunya kesana-kemari mengurus yang berkaitan dengan ayahnya, dia juga harus memperhatikan dan menjaga adik-adiknya selama ibunya pergi. Ketika teman-temannya merayakan ulang tahun ke-17 di hotel ternama dan mengundang Dera, Dera tidak bisa pergi. Ketika diajak bermain basket, latihan marching band Dera tidak bisa. Dera telah banyak kehilangan momen-momen SMA yang sangat berharga menurutnya saat itu. Teman-temannya tidak tahu saat itu bahwa ayahnya di dalam penjara. Dera menyembunyikan dari teman-temannya karena Dera tidak mau teman-temannya menjauh darinya walaupun akhirnya ada sebagian temannya yang mengetahuinya karena kasus ayahnya masuk ke dalam berita di surat kabar. Cobaan yang dihadapi Dera tidak hanya secara fisik, tapi juga pikiran dan mental. Untuk anak-anak seusia dia tidak seharusnya berada dalam masalah itu. Itu sangat rentan. Dera bisa saja menjadi remaja yang sangat nakal atau bisa menjadi dewasa dan berbakti.

Dera tetap bisa mengikuti pelajaran selama SMA. Dera masih bisa hadir setiap hari, ya walaupun nilai-nilainya sedikit menurun dari biasanya. Dera tidak kecewa. Dia sudah tahu hal itu akan terjadi. Memang segala sesuatu ada harga yang harus dibayar. Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anakNya yang datang kepadaNya. Di akhir masa SMA, dengan tidak banyak menaruh harapan, Dera mengikuti ujian saringan masuk ke salah satu universitas ternama yang sekarang menjadi kampusnya. Di akhir-akhir masa putih abu-abu itu, Dera mendapat informasi bahwa dia diterima di universitas tersebut tanpa biaya masuk. Dera sebenarnya senang, ya walaupun tidak begitu senang karena harapan dia masih pada dunia kedokteran. Akan tetapi, Dera berusaha untuk bersyukur karena dia masih diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dan setidaknya masih satu jalur dengan kesehatan. Dia memberitahu kepada orang tuanya, orang tuanya senang dengan hal itu.

Hari ini Dera menyadari apa yang terjadi dalam hidupnya saat SMA. Tuhan begitu baik kepadanya. Berkat kejadian-kejadian dalam hidupnya, dia menjadi wanita yang bertumbuh dewasa secara fisik, mental dan pikiran. Dia melihat kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Ketika dia banyak menaburkan air mata, Tuhan mengumpukannya menjadi sorak sorai. Dera beruntung sekali telah mengambil langkah yang benar yaitu menjadi remaja yang berjalan di jalan positif saat itu bukan menjadi yang nakal. Berkat kejadian itu, Dera juga bisa melihat karakter-karakter orang, mana yang benar-benar sahabat dan saudara mana yang bukan. Banyak pelajaran yang telah diterimanya, banyak kebaikan yang telah dirasakannya. Dera bergumam dalam hati seraya tersenyum : “masih banyak kebaikan dan kejadian yang dahsyat yang akan aku hadapi di depan. Aku sangat menunggunya dan akan menikmatinya” Masa putih abu-abunya bukan tentang cinta kepada lawan jenis seperti lirik lagu itu, tapi cinta kepada keluarga dan sahabat 😀

Secercah Cinta Terselip di Bangku SMP

2 Comments

ImageReva,gadis kecil nan pintar dan cerdas, yang berasal dari kota A, berjarak 15 km dari pusat perkotaan. Dia adalah siswi dari salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang cukup ternama di daerahnya.  Dia seorang gadis aktif di berbagai kegiatan, tidak hanya dalam kegiatan akademik, tapi juga non-akademik seperti Organisasi Siswa Antar Sekolah (OSIS) dan kegiatan olahraga-olahraga lainnya, yang diselenggarakan baik oleh sekolah ataupun juga daerahnya.

Reva adalah seorang anak perempuan yang kini telah beranjak dewasa dan sedang mengingat masa-masa ababilnya yang penuh kenangan lucu, indah,mengesankan, bahkan tidak jarang menyedihkan. Kali ini dia memutuskan untuk mulai mengabadikan kenangan-kenangan itu satu per satu ke dalam diary nya karena dia sudah tidak memiliki foto-foto masa-masa itu akibat keluarganya yang harus pindah ke rumah yang baru ketika dia harus meneruskan sekolah ke lokasi yang berbeda.

“Entah kapan dan entah bagaimana “dia” datang aku pun tidak tahu. Jika diminta untuk mencari tahu secara sains atau diminta untuk membuktikan dengan mengikut sertakan bukti-buktinya sekalian aku pun tidak sanggup” kata Reva di buku diary nya.
Saat ini Reva sedang menngingat kembali,flash back, bagaimana dia merasakan pertama kali jatuh cinta ketika dia duduk di bangku SMP. Sambil tersenyum, dia menulis setiap kenangan yang masih ada di dalam otaknya.

Orang tua Reva mendaftarkan Reva ke SMP favorit yang berada di dekat rumahnya. Untungnya, Reva bisa melewati setiap test yang diberikan SMP itu sebagai syarat dan kualifikasi agar bisa masuk sebagai siswa di SMP tersebut. Tidak diragukan lagi memang Reva adalah anak pintar. Setiap hari dia belajar agar mendapatkan prestasi yang baik dan tentu saja dia sudah berpikir itu semua dilakukan untuk membanggakan kedua orang tuanya. Reva selalu masuk ke dalam peringkat 3 besar di kelasnya bahkan dalam level tingkat sekolah dia selalu masuk ke dalam tingkatan 3 besar. Anak yang pintar! Tapi tunggu dulu. Dia tidak hanya belajar. Dia juga merupakan pengurus di organisasi di SMP nya waktu itu. Dia juga anggota pramuka dan juga suka mengikuti kegiatan-kegiatan olahraga yang ada di sekolahnya. Entah bagaimana dia bisa mengatur waktu untuk melakukan semuanya itu, tapi itulah Reva! Bisa menyeimbangkan segalanya. Bagaimana bisa orang tua dan guru-gurunya tidak senang dengan anak perempuan yang luar biasa ini. Bahkan teman-temannya senang berteman dengan dia. Itu terus dan terus dilakukan Reva di sepanjang hari-harinya di SMP.

Ada satu waktu, yang keadaannya pun tidak ada yang tahu pastinya, Reva mulai merasakan keanehan dalam perasaannya ketika melihat salah seorang cowok di sekolahnya. Ah! itulah yang dinamakan Cinta Monyet! Kala itu Reva belum mengerti kalau itu adalah cinta monyet namun dia merasa deg-deg an setiap kali dia melihat cowok itu.

Cowok itu adalah Ari, ketua OSIS saat itu. Ari aktif dan cowok yang cukup mudah senyum dan bersahabat di SMP. Menurut teman-temannya Reva, berhubung karena Ari adalah ketua OSIS, pasti banyak cewek di SMP bahkan senior-senior cewek yang suka padanya. Jadi Reva merasa ciut dan tidak berani mengatakan apa yang dia rasakan di dalam hatinya kepada teman-temannya. Tidak ada temannya yang tahu. Oia, waktu SMP, Reva memilik sekelompok teman yang dekat dengannya, yang kemanapun dan kapanpun selalu bersama selain kalau berada di kelas. Ini juga karena mereka tidak sekelas 🙂

Reva menyimpan perasaan itu dan benar-benar merasa ketakutan kalau saja temannya akan mengetahui perasaan itu. Satu kali ada program dari OSIS untuk mengadakan study tour sekaligus  study banding ke SMP lain di luar kota.  Reva minta izin ke orang tuanya dan mendapatkan izin untuk ikut serta dalam program tersebut dan tentu saja ini karena “paksaan” teman dekatnya agar mereka bisa bersama.

Entah apa yang terjadi, Reva berada satu bus dengan Sang Ketua. Alangkah mati kutunya Reva saat itu. Namun dia mengendalikan dirinya agar teman-temannya tidak mengetahuinya. Dan selama perjalanan Reva bersikap biasa saja dan berusaha bersikap senormal mungkin semaksimal mungkin. Hah! Singkat cerita setiap kegiatan dalam study tour dan study banding tersebut membutuhkan interaksi dari setiap sswa yang ikut dan selalu berada dalam satu kelompok. Tidak jarang bahkan hampir 80% Reva berinteraksi dengan Sang Ketua dan inilah titik awal mereka menjadi sangat dekat. Sekalipun perasaannya deg-degan namun Reva tetap bisa mengendalikannya. Hal ini berlangsung terus-menerus sampai akhirnya study tour dan study banding tersebut selesai dan mereka kembali ke sekolah mereka.

Hari pertama masuk sekolah setelah acara study tour dan study banding tersebut, Sang Ketua meminta untuk bertukaran gantungan kunci yang telah mereka beli saat study tour dan study banding kemarin dengan Reva. Reva senang sekaligu shock. Alasan Sang Ketua adalah sebagai tanda persahabatan. Namun, hal itu tidak terjadi. Karena tiba-tiba Reva mendengar bahwa Sang Ketua baru saja menembak senior cewek di sekolahnya dan mereka telah berpacaran. Alangkah sedihnya Reva saat itu dan dia berusaha melupakan ajakan Sang Ketua untuk bertukaran gantungan kunci. Reva menghela napas dan diam membungkam untuk meyimpan setiap detakan yang semakin cepat yang diperbuat oleh jantungnya. “Ya, biarkanlah saja perasaan itu tetap tersimpan di hati” sela Reva.

Belum lagi perasaan kembali normal, sudah ada terdengar sampai ke telinga Reva, salah seorang anggota Patroli Keamanan Sekolah sekaligus anak basket di sekolahnya sedang “melirik” nya dan waktu itu teman-teman dekat Reva telah terlebih dahulu mengetahuinya. Cowok itu adalah teman Reva sejak dari taman kanak-kanak dan dari dahulu juga telah dijodoh-jodohin dengan Reva. Namun Reva hanya menganggap teman saja. Ya walaupun pada akhirnya Reva harus mengakui Reva juga menjadi suka dengan cowok tersebut bahkan sampai saat ini kalau saja diledekin oleh teman-temannya Reva masih belum bisa bersikap “normal”.

Di saat teman-teman dekat Reva mulai semakin panas menjodoh-jodohkannya dengan si pebasket,  di saat itulah Sang Ketua masuk lagi ke dalam kehidupan Reva. Dia mulai “mengejar” Reva kembali dan Reva mulai meragukan semuanya ini. Dia berpikir kenapa harus kembali di saat dia juga sudah membagikan sedikit perasaanya dengan yang lain.  Di tengah-tengah kepolosan yang tidak tahu harus berbuat apa-apa, akhirnya Reva hanya sampai pada satu keputusan untuk menunggu siapa dari dua orang ini yang akan menyatakan cinta kepadanya. Di akhir mas-masa SMP, tepatnya ketika menjadi senior di kelas III, akhirnya Sang Ketua menyatakannya dan singkat cerita mereka berpacaran. Tapi tunggu dulu, itu tidak berlangsung lama. Karena Reva  merasa ada yang salah dari semuanya ini. Jadi mereka hanya berpacaran sesaat. Hanya sesaat karena Reva sudah menyadari kalau sebenarnya dia dahulu sudah tersakiti oleh Sang Ketua dan dia mengatakan “iya” ke Sang Ketua bukan hanya karena Reva suka lagi kepada Sang Ketua tapi juga ada maksud lain yang tentu saja dia tidak suka dengan maksud itu. hah!sudahlah, hubungan itu hanya sesaat dan Reva kembali menjadi dirinya sendiri dan menikmati masa-masa terakhir di SMP dengan rasa yang cukup lega. Dia bisa dekat dengans iapa saja saat ini sekalipun dia masih menyimpan rasa kepada si pebasket yang tak kunjung menyatakan cinta kepadanya dan Reva tetap menyimpan rasa itu di dalam hatinya. Bahkan sampai saat Reva menuliskan ini di diary nya, dia dan si pebasket tidak pernah saling menyatakan perasaan mereka, namun mereka tetap saling berteman. Reva hanya tersenyum mengingat kepolosan dan perilakunya saat di SMP. Dia benar-benar menyadari sekarang kalau dulu sebenarnya suka dengan si pebasket, hanya saja dia mengingkarinya :). Dia bisa menyeimbangkan setiap kegiatan yang diikutinya namun sampai saat ini dia masih berjuang dan masih belajar cara menyeimbangkan perasaannya.

“Biarlah perasaan ini terselip di SMP saja dan menjadi kenangan yang indah di hari tua nanti” tulis Reva di akhir kalimat pada diary nya malam itu.